Home > Artikel > Perayaan Paskah 2018 dalam konteks Kerukunan
ArtikelKristen Protestan

Perayaan Paskah 2018 dalam konteks Kerukunan

Baru saja  umat Katolik  dan Kristen merayakan Hari Raya Paskah dan perayaan Paskah ini  merupakan perayaan keagamaan   terbesar  dan merupakan peristiwa  yang penting bagi umat Katolik dan Kristen diseluruh penjuru dunia. .Perayaan  Paskah  merupakan rangkaian perayaan di dalam   satu pekan yang dissebut sebagai Pekan Suci . Pada sepanjang minggu ini umat Katolik dan Kristen memasuki Pekan Suci atau Holy Week dan bersuka-cita menyambut perayaan Tri Hari Suci Paskah.

Paskah merupakan perayaan terpenting dalam tahun liturgi gerejawi Kristen, yakni merayakan hari kebangkitan Yesus.

Paskah biasanya dimulai dari Rabu Abu, Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, sampai perayaan puncak yakni, Minggu Paskah.

Dari beberapa event ini, ada tiga yang terjadi di pekan suci, yakni minggu terakhir sebelum Paskah.

Paskah merayakan hari kebangkitan tersebut dan merupakan perayaan yang terpenting karena memperingati peristiwa yang paling sakral dalam hidup Yesus, seperti yang tercatat di dalam keempat Injil di Perjanjian Baru.

Pekan Suci dimulai dari Minggu Palem atau “Passion Sunday”, yang pada tahun 2018 ini dirayakan pada hari Minggu tanggal 25 Maret. Pekan Suci tersebut dimulai dengan perayaan Minggu Palem yang bermakna sukacita dan harapan, yang merefleksikan kisah perjalanan Yesus ke kota Yerusalem dengan menunggang seekor keledai dan disambut oleh warga kota dengan lambaian daun palem bagai seorang raja yang datang memasuki ibukota kerajaannya dan disambut oleh rakyatnya dengan penuh sukacita.

Perayaan Hari Kamis Putih  bermakna Kasih dan Pelayanan  didasarkan atas refleksi cinta kasih yang sejati dari Yesus, tahun ini  jatuh pada hari Kamis tanggal 29 Maret 2018, yang direfleksikan dalam  kisah Yesus membasuh atau mencuci kaki dari 12 (dua belas) muridNya bagai  seorang hamba dan pelayan yang mencuci kaki tuannya, dan dilanjutkan dengan acara “Perjamuan Terakhir” atau makan malam terakhir dari Yesus bersama murid-muridNya. Dimana Yesus mengambil roti tidak beragi kemudian memecah-mecah roti tersebut dan membagikannya kepada ke-12 murid, sebagai lambang dari tubuh Yesus yang tidak berdosa, namun harus dikorbankan untuk menebus dosa umat manusia. Kemudian Yesus menuangkan anggur kedalam cawan untuk dibagikan kepada ke-12 murid, sebagai lambang dari darah Yesus yang harus dicurahkan untuk menebus dosa umat manusia.

Setelah itu pada hari Jumat tanggal 30 Maret 2018  masuk kedalam perayaan Jumat Agung atau “Good Friday” yang bermakna penderitaan dan pengorbanan, yang merefleksikan kisah Yesus yang dihadapkan dalam pengadilan yang penuh dengan konflik dan intrik atas tuduhan yang penuh rekayasa. Bagai seorang penjahat kriminal yang menjadi sampah masyarakat dan pemberontak yang menjadi musuh negara, Yesus harus menderita dengan siksaan badani sebelum akhirnya harus menjalani hukuman mati dengan cara disalibkan bersama para penjahat di sisi kiri dan kanan salib Yesus.

Kemudian pada sepanjang hari Sabat, hari yang disucikan Tuhan bagi umat manusia untuk beristirahat dan mengingat Sang Khalik Langit dan Bumi, sejak pembukaan Sabat pada hari Jumat petang sampai dengan penutupan Sabat pada hari Sabtu petang, Yesus pun beristirahat didalam perut bumi.

Setelah mengalami penderitaan dan menyerahkan nyawaNya di kayu salib, tubuh Yesus pun diturunkan dan dilepaskan dari kayu salib untuk dibersihkan dan dikuburkan kedalam gua yang dijaga oleh para prajurit Romawi.

Akhirnya pada hari Minggu pagi, Yesus pun bangkit dari antara orang mati dan meninggalkan kubur yang kosong. Umat Katolik dan Kristen merayakan peristiwa tersebut melalui perayaan Minggu Paskah atau Easter Sunday yang bermakna kemenangan dan harapan, yang jatuh pada hari Minggu tanggal 31 Maret 2018..

Makna kemenangan itu direfleksikan dengan kemenangan dari Yesus dalam mengalahkan alam maut yaitu bangkit dari kematian, sedangkan makna harapan direfleksikan dengan adanya harapan terhadap kedatangan Yesus yang kedua kali untuk menyelamatkan umatNya. Bagai seorang mempelai pengantin pria yang akan menjemput mempelai pengantin wanitanya untuk masuk dalam jamuan pesta pernikahan. Yesus akan datang kembali ke dunia ini bagai seorang raja yang akan menjemput umatNya untuk tinggal di kerajaan Sorga yang kekal.

Hidup dan kehidupan dari Yesus selama di dunia telah menjadi inspirasi, teladan dan panutan dari umat Katolik dan Kristen di sepanjang masa serta menjadi dasar keimanan dari Gereja Katolik dan Gereja Kristen Protestan. Semoga makna dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus, yang diperingati dalam Pekan Suci sepanjang minggu ini termasuk Tri Hari Suci Paskah dapat memberikan sebuah refleksi dan introspeksi pribadi bagi seluruh umat Katolik dan Kristen di dunia untuk dapat menjadi pribadi seperti Yesus yang penuh cinta kasih, yang melayani bagai seorang hamba, yang penuh pengorbanan, yang memberikan harapan dan kemenangan. “Selamat Hari Raya Paskah tahun 2018 kepada umat Katolik dan Kristen “

Umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta

Umat Katolik di Keuskupan Agung Jakarta  dalam menghayati  dan mengaktualisasikan iman nya selalu mengacu pada Arah Dasar Pastoral yang telah ditetapkan oleh Bapak Uskup  Agung Jakarta sebagai gembala umat dan untuk periode 2016 sanpai dengan 2020 adalah sebagai berikut :

Gereja Keuskupan Agung Jakarta sebagai persekutuan dan gerakan umat Allah bercita-cita menjadi pembawa sukacita Injili dalam mewujudkan Kerajaan Allah yang Maha Rahim dengan mengamalkan Pancasila demi keselamatan manusia dan keutuhan ciptaan.

Atas dorongan Roh Kudus, berlandaskan spiritualitas inkarnasi Yesus Kristus, serta semangat Gembala Baik dan Murah Hati, umat Keuskupan Agung Jakarta berupaya menyelenggarakan tata-pelayanan pastoral-evangelisasi agar semakin tangguh dalam iman, terlibat dalam persaudaraan inklusif, dan berbelarasa terhadap sesama dan lingkungan hidup.

Melalui tata-pelayanan pastoral-evangelisasi yang sinergis, dialogis, partisipatif dan transformatif, seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta berkomitmen untuk:

  1. Mengembangkan pastoral keluarga yang utuh dan terpadu.
  2. Meningkatkan kualitas pelayan pastoral dan kader awam.
  3. Meningkatkan katekese dan liturgi yang hidup dan memerdekakan.
  4. Meningkatkan belarasa melalui dialog dan kerjasama dengan semua orang yang berkehendak baik untuk mewujudkan masyarakat yang adil, toleran dan manusiawi khususnya untuk mereka yang miskin, menderita dan tersisih.
  5. Meningkatkan keterlibatan umat dalam menjaga lingkungan hidup di wilayah Keuskupan Agung Jakarta.

Semoga Allah Yang Maha Rahim, yang telah memulai pekerjaan baik dalam diri kita, berkenan menyempurnakannya dan Bunda Maria menyertai, menuntun serta meneguhkan upaya-upaya kita.

Penyebutan kata  Pancasila dalam Arah Dasar Pastoral Keuskupan Agung Jakarta.

Dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta tersebut  secara eksplisit Pancasila disebut didalamnya,  hal ini diyakini bahwa Nilai-nilai Pancasila dan perwujudan Kerajaan Allah tidak bertentangan. Melainkan dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila keindonesiaan kita makin ditingkatkan dan tidak hilang. Dengan demikian kita akan menjadi mampu mewujudkan gereja katolik Indonesia. Adapun Tahapan pengamalan Pancasila dari Keuskupan Agung Jakarta adalah sebagai berikut :

Tahun 2016 Temanya adalah Kerahiman Allah Yang memerdekakan ,  umat Katolik  diajak untuk lebih memahami arti kerahiman Allah. Tema ini selaras dengan Sila Pertama Pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa.

Tahun 2017 adalah “Amalkan Pancasila: Makin Adil, Makin Beradab”    untuk menyelami sila kedua guna  merenungkan apakah keadilan sudah dinikmati oleh segenap masyarakat Indonesia. Tema ini menunjukkan dan menumbuhkan sikap makin adil dan makin beradab pada sesama sebagai bagian dari upaya mengamalkan Pancasila dengan iman yang teguh

tahun 2018 temanya adalah Amalkan Pancasila, Kita Bhinneka, Kita Indonesia yang selaras dengan sila ke 3 . Persatuan Indonesia.

Perayaan Paskah tahun 2018 dalam konteks Persatuan Indonesia

Jadi jelas bahwa Perayaan Paskah merupakan perayaan  sebagai ungkapan sukacita umat manusia karena telah ditebus dosanya  oleh Yesus Kristus Tuhan dengan melalui  penderitaan sampai kematianNya di kayu salib, namun tiga hari kemudian Yesus telah bangkit  mengalahkan maut.   Untuk  itu agar kita pantas untuk ditebus dosa nya diperlukan masa persiapan masa Pra Paskah  yang di awali  pada hari Rabu Abu 14 Februari 2018 sampai hari perayaan Paskah 31 Maret 2018;

Diharapkan bahwa dalam masa Prapaskah Paskah tahun 2018   umat Katolik  didorong untuk bertobat lebih membuka hati kepada Tuhan yang selalu menyertai, membimbing serta menguatkan kita sebagai manusia, dalam masa ini umat diajak untuk semakin peduli kepada sesama khususnya yang menderita , seperti yang dicontohkan oleh Yesus ,  dengan begitu  iman kita tidak mati , itulah makna pertobatan kita..

Pada tahun 2018 ini Gereja Keuskupan Agung Jakarta menjalani Tahun Persatuan dengan seboyan “ Amalkan Pancasila ; Kita Bhineka , Kita Indonesia , bapak Uskup mengharapkan agar Umat Gereja memaknai pengalaman hidup dalam konteks persatuan dan kebhinekaan  bangsa kita sebagai Karya Allah . maka sebaiknya kita mensyukuri karena Tuhan memberikan anugerah pengalaman  keragaman berbangsa yang nampak dalam jumlah pulau  yang kita miliki yakni  sebanyak  17.504 pulau  1340 suku bangsa dan 546 bahasa, meskipun demikian beragam itu adalah merupakan bagian dalam satu nusa , satu bangsa dan satu bahasa  dengan  Pancasila bagai dasar negara. Dengan demikian sebagai bangsa yang beragam kita mempunyia cita – cita yang sama , yaitu mewujudkan negara yang berketuhanan, adil dan beradab , bersatu , berhikmat dan bijakasana serta damai sejahtera.

Disisi lain Gereja juga mengungkapkan keprihatinan karena melihat berbagai peristiwa yang menjauhkan masyarakat kita dari cita-cita sebagai bangsa  khususnya dengan cita-cita Persatuan Indonesia karena masih banyak didepan kita bahwa perbedaan yang seharusnya menjadi Rahmat ,sering kali justru kelihatan sebagai penghambat , salah satu penelitian dari Wahid Foundation yang bekerjasama dengan Lembaga survei Indonesia  di April 2016 menunjukan bahwa 59,9% dari responden yang diminta tanggapanya memiliki kelompok yang dibenci, apabila memang demikian bukan persatuan  dalam kebhinekaan yang tumbuh, tetapi kebencian menjadi wajah masayarakat , dan masih banyak berbagai penelitian lain  yang mana  angka-angka menunjukan ada sesuatu yang tidak baik dan tidak ideal dalam hidup kita sebagai bangsa.

Karena itulah umat  Gereja Katolik dituntut untuk peduli  dengan terus menerus  berusaha mengamalkan Pancasila dengan cara mengubah tantangan-tantangan menjadi kesempatan untuk mewujudkan iman dengan melakukan gerakan nyata , mulai dari yang paling sederhana yakni mensyukuri kebhinekaan , merawat  dan menumbuh kembangkan sehingga kehadiran  Kerajaan Allah , kerajaan kebenaran , keadilan, cinta kasih dan damai sejahtera hadir di tengah masyarakat kita, Indonesia.

Oleh karenanya banyak kegiatan umat Katolik di Keuskupan Agung Jakarta  seperti mengumandangkan  lagu “ Kita Bhineka – Kita Indonesia dimana mana , mendaraskan doa Tahun Persatuan dalam ibadat harian maupun mingguan digereja , ikut menginisiasi adanaya kenduri di paroki , ikut membantu  puasa bersama, melakukan piknik kebangsaan dengan mengunjungi  tempat bersejarah nasional dll

Banyak pula kegiatan sesuai kebutuhan setempat   berusaha mempererat persaudaraaan dalam masyarakat tanpa membedakan perbedasan agama , suku , etnis dan perbedaan pperbedaan yang lain yang dilakukan mulai dari lingkup RT/RW secara berkesinambungan dan saling terkait  . Buah2 dari perjumpaan dalam nafas kehidupan bermasyarakat ini diharapkan menumbuhkan wujud kebiasaan baik dan budaya yang baru, yang pada gilirannya  membuahkan damai sejahtera yang merupakan wajah dari Kerajaan Allah yang damai sejahtera.

Dengan demikian diri kita menjadi pantas dalam merayakan Paskah, perayaan suka cita Kebangkitan Kristus  ditahun 2018 ini .

Selamat Paskah 2018

Yohanes Haryono Darudono