(FKUB-JAKARTA) Kerukunan Antar Umat beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis.
Dalam upaya meningkatkan Kerukunan Antar Umat Beragama, Persaudaraan sebangsa dan setanah air (Ukhuwah Wathoniyah) serta membangun kesadaran berbangsa dan bernegara, Forum Komunikasi Umat Beragama ( FKUB) Provinsi DKI Jakarta, bertempat di Sekretariat DPW Al Jam’iyatul Washliyah Jakarta (12/5/2015) menggelar Dialog Lintas Agama, dalam rangka memperingati Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dengan tema “Membangun Persaudaraan Sebangsa dan Setanah Air”.
Dalam sambutannya Abdul Harahap, S.Pd mewakili, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Al Jam’iyatul Washliyah Provinsi DKI Jakarta, menegaskan, bahwa pihaknya menyambut baik seluruh jajaran FKUB DKI yang terus membangun kebersamaan, karena hal tersebut juga sama dengan tujuan Al Washliyah, dahulu Al Jam’iyatul Washliyah terbentuk ditahun 1930 karena adanya perpecahan umat Islam, dan saat ini kita juga terus membangun persatuan dan kesatuan bangsa, sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika. Saat ini peran Al Jam’iyatul Washliyah tersebar di beberapa instansi, termasuk di unsur pendidikan, oleh sebab itu kita berharap FKUB dapat terus membangun kerjasama dengan Al Washliyah, harapnya.
Sementara itu Ketua FKUB Provinsi DKI, KH. Ahmad Syafi’I Mufid, menambahkan “Hikmah Isra Mi’raj Dan Ukhuwah Wathoniyah” sangat penting karena kesadaran akan satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa harus terus kita pupuk demi terwujudnya cita-cita kemerdekaan negara bangsa Indonesia yakni “Negara yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila”.
KH. Ahmad Syafi’IMufid juga menegaskan, bahwa kegiatan kali ini merupakan kegiatan keempat setelah melakukan Dialog bersama Umat Kristen, Konghucu serta Katolik.
Pada Desember 2015 Indonesia akan masuk pada Pasar Bebas Asean (MEA), kita berharap seluruh pimpinan umat beragama dalam menjelaskan, tentang pemahaman MEA, sebagai bentuk peluang, tantangan sekaligus adanya ancaman, dan pimpinan umat beragama harus mampu memberikan pencerahan serta pengertian yang benar tentang MEA, imbuh Syafi’I Mufid.
Hadir dalam acara tersebut pimpinan umat beragama dari Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha dan Khonguchu. (fkub/budi)