Home > Berita dan Kegiatan > Gelar Capacity Building, FKUB DKI Berkunjung ke Kota Singkawang
Berita dan KegiatanUtama

Gelar Capacity Building, FKUB DKI Berkunjung ke Kota Singkawang

(FKUB Jakarta.org) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta mengunjung Kota Singkawang, Kalimantan Barat dalam rangka capacity building (peningkatan kapasitas) pengurus. Kunjungan jajaran FKUB DKI Jakarta disambut langsung oleh Pemerintah dan FKUB Kota Singkawang, Selasa (29/8/2023) di Kantor Walikota Singkawang.

Ketua FKUB DKI Jakarta Prof Dede Rosyada mengatakan pihaknya sengaja memilih Kota Singkawang sebagai destinasi Capacity Building di Tahun 2023 lantaran Kota Singkawang memiliki indeks toleransi denhan predikat tertinggi dalam penelitian SETARA institute.

Prof Dede menilai toleransi di Kota Singkawang menjadi percontohan bagi daerah lain di Indonesia.

“Saya kagum lihat penerapan nilai-nilai toleransi di sini, kok bisa ada masjid, gereja dan kelenteng berdiri saling berdekatan tanpa ada konflik. Ini benar-benar hebat dan harus kami pelajari bagaimana menerapkannya di Jakarta,” ucapnya.

Selain itu, Prof Dede juga menyebut Kota Singkawang dan DKI Jakarta memiliki kesamaan terkait kondisi demografis dan masyarakat. Keduanya memiliki kesamaan multietnis dan pemeluk agama.

Di Jakarta, Prof Dede memaparkan FKUB Jakarta telah menerapkan strategi dan pelaksanaan program dalam upaya membangun kerukunan. Program tersebut seperti, pembentukan kampung kerukunan, Sekolah Agama-agama dan Bina Damai (Sabda) Dialog lintas agama dan lain-lainnya.

“Sehingga 4 variabel dalam membangun kerukunan seperti toleransi, saling menghargai, saling menghormati dan kerja sama bisa menjadi edukasi yang terus ditularkan kepada masyarakat,” paparnya.

Penjabat (Pj) Wali Kota Singkawang Sumastro menceritakan sejarah singkat terbentuknya toleransi di Singkawang yang diawali konflik di masa lalu, sehingga memberi pelajaran penting kepada masyarakat untuk mementingkan persatuan dan saling menghormati satu sama lain.

“Proses toleransi ini tidak terjadi serta merta seperti ini. Semua melalui proses yang sangat panjang dengan diawali konflik di masa lalu yang telah memberikan pelajaran penting kepada kami, untuk menjaga persatuan dan saling menghormati, agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Setelah konflik itulah kami semua berbenah untuk jadi lebih baik dan lebih moderat,” tambahnya.

Menurutnya keberagaman adalah takdir bangsa Indonesia yang di dalamnya terkandung nilai-nilai HAM, toleransi dan Inklusifitas yang harus dirawat demi mewariskan peradaban yang jauh dari perpecahan dan permusuhan kepada anak cucu kita.

Dalam upaya menanamkan nilai-nilai persatuan di Kota Singkawang, Sumastro mengatakan pihaknya telah melakukan langkah-langkah kolaborasi kebudayaan yang ditandai dengan menggabungkan motif batik dan tarian dari tiga suku besar di Singkawang, yang dinamakan Tidayu (Tionghoa, Dayak, dan Melayu)

“Bahkan simbol-simbol tiga suku besar di Singkawang, kami gabungkan menjadi satu dalam bentuk motif batik dan koreografi yang dikenal dengan sebutan Tidayu (Tionghoa, Dayak, dan Melayu), sebagai upaya kami menanamkan nilai-nilai persatuan di sini,” kata Pj. Wali Kota.

Sumastro mengakui predikat kota tertoleran telah memberi dampak positif bagi iklim investasi di Kota Singkawang. Selain itu toleransi sebagai kebutuhan kehidupan demi kejayaan Indonesia.

“Dan kami akui, branding kota Tertoleran di Indonesia telah membawa dampak positif bagi iklim investasi di Singkawang dan kita harus sepakat mengatakan bahwa toleransi adalah kebutuhan kehidupan demi kejayaan Indonesia selama-lamanya,” pungkasnya.(fkub/eky)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *