Home > Berita dan Kegiatan > H. Ahmad Astamar: “Empat Rukun Multi Kulturalisme”
Berita dan Kegiatan

H. Ahmad Astamar: “Empat Rukun Multi Kulturalisme”

(FKUB-Jakarta) Pada beberapa hari lalu, Minggu (14/1/17) FKUB Provinsi DKI Jakarta menghadiri acara Syukur Tahun 2017 dengan tema “Membangun Dan Mewujudkan Persaudaraan Sejati Dalam Kebhinekaan Melalui Pelayanan” bertempat di Gereja Pasundan Cawang Jakarta Timur. Acara tersebut digagas oleh ormas Wadah Komunikasi dan Pelayanan Umat Beragama (WKPUB) Jakarta Timur.

Pada kesempatan itu FKUB DKI Jakarta diwakili oleh KH Ahmad Astamar, yang juga didaulat untuk memberikan ceramah dengan tema “Empat Rukun Multi Kulturalisme”.

Mengawali pembicaraannya, K.H. Ahamd Astamar, tokoh yang berasal dari Syarikat Islam ini menuturkan bahwa perbedaan itu merupakan ciptaan yang Maha Kuasa yang tidak bisa ditiadakan. Perbedaan merupakan suatu keniscayaan. Ia menganalogikan seperti keberadaan lelaki dan wanita, menjadi seorang bapak walaupun perutnya gendut tidak bakal melahirkan, akantetapi seorang wanita yang ceking badannya sekalipun maka wajib hamil dan melahirkan.

Begitulah kehadiran kita di Indonesia ini, bahwa teciptanya kita sebagai masyarakat yang bersuku-suku dan berbeda agama, ini merupakan perbedaan yang memang sudah ditakdirkan adanya oleh Sang Pencipta, Allah SWT. Dan yang penting dari semua itu, menurutnya, bahwa berbicara masalah multi kulturalisme, yaitu didalam perbedaan, kita harus sama (diversity).Ini merupakan rukun pertama.

Selanjutnya, rukun kedua dari multi kulturalisme menurut  KH. Ahmad Astamar adalah adanya kesetaraan (equality). Ia menjelaskan, bagi orang-orang yang tidak tahu tentang keberadaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Prov. DKI Jakarta, mereka mugkin akan berpikir bahwa umat Islam yang mayoritas di Indonesia akan melayani lebih banyak mesjid ketimbang rumah ibadah lain. Sesungguhnya, menurut Ahmad Astamar, asumsi tersebut keliru adanya.Ternyata selama ini FKUB lebih banyak melayani gereja daripada mesjid.

Ditambahkannya, itu merupakan suatu kenyataan. Dan apa artinya semua itu?Sesungguhnya kehadiran FKUB sifatnya untuk melayani, tidak mempertimbangkan mayoritas atau minoritas. Siapa pun yang datang dari umat beragama akan dilayani. Bahkan, Ketua FKUB sendiri pernah menegaskan bahwa umat Islam harus banyak belajar dari gereja, dari vihara dan sebagainya.

Di dalam pembentukan rumah ibadah, sebenarnya, yang harus ada sekarang ini berdasarkan Undang-Undang perlu adanya IMB. Maka berlomba-lombalah umat Kristiani dan yang lainnya membuat IMB, dan akhirnya diikuti juga oleh masjid. Maksudnya apa? dalam rangka agar supaya rumah ibadah itu lestari, tidak menjadi permasalahan di kemudian hari, pembangunan rumah ibadah itu hendaknya harus diikuti oleh tertibnya administrasi. Dan di dalam kasus pelayanan ini FKUB ingin menjalankan kesetaraan, tidak ada perbedaan dan diskriminasi.

Kemudian, rukun ketiganya adalah persatuan (unity). Dengan gayanya yang santai, Ahmad Astamar mengatakan bahwa dirinya harus bersatu dengan panitia dan hadirin. kalau ia terus berbicara para hadirin bisa pingsan. Artinya, begitu selesai berbicara panjang lebar dan hadirin khusu’ mendengarkan, maka orang dapur harus segera mempersiapkan makanan. Dan ormas WKPUB, sebagai penyelenggara acara, sukses meyelenggarakan acara penyambutan Tahun Baru 2017 ini. Seluruh elemen yang hadir semuanya bersatu padu.

Bersatu tidak mungkin tercipta kalau tidak adanya harmoni. Oleh karena itu, harmoni merupakan rukun keempat dari multi kulturalisme. Ahmad Astamar mengatakan bahwa  bagaimana kita bisa enaknya mendengar lagu yang dibawakan group Golota tadi. Dan itu terjadi karena adanya harmoni antara penyanyi dengan musik pengiring.

Sebagai penutup pembicaraanya, KH Ahamd Astamar mengingatkan para hadirin dengan sebuah pengalaman pribadinya, yaitu ketika dirinya bertemu dengan salah seorang Professor dari Timur Tengah. Professor yang pembawaannya murah senyumdan low profile ini diwawancarai oleh salah seorang wartawan, “Professor, apa tujuan anda dalam hidup di dunia ini?”  Lalu Professor itu menjawab, “melayani semua orang hingga membuat mereka senang dan bahagia.” Sungguh sangat indah pernyataan ini.

Oleh karena itu, Ahmad Astamar menyerukan kepada hadirin bahwa dimanapun kita berada hendaknya sikap kita adalah melayani orang agar mereka bisa bahagia dan senang.

Acara tersebut dihadiri oleh: Lurah Kelurahan Cawang mewakili Walikota Jakarta Timur, masyarakat sekitar dan para tokoh agama dari masing-masing majelis agama antara lain: Pdt. Manuel Raintung-PGIW, Pdt. Liem Wira Wijaya-WALUBI DKI Jakarta, Js. Liem Liliany Lontoh-MATAKIN Jakarta, dan Nengah Dharma-PHDI Jakarta.(fkub/imsal)