Ketika Yesus datang ke dunia, Yesus tahu bahwa dia harus menderita, mengalami penderitaan, kita mengetahuinya tertulis dalam Matius 26 : 36 tatkala IA berada di Taman Getsemani. Bahkan di ayat 39 bacaan tersebut : Maka IA maju sujud dan berdoa, Jika cawan ini boleh berlalu daripadaKU.
Yesus belum menderita tetapi tetapi pernyataan “cawan” tersebut identik dengan sebuah penderitaan, kalau bisa/kalau boleh IA pun meminta penderitaan lalu dariNYA.
Tak seorang pun mau menderita, sejak lahir, hidup bahkan sampai mati manusia tidak menginginkan penderitaan. Sebagai manusia kita mengharapkan penderitaan jauh dari hidup kita.
Cawan itu berat, menyakitkan. IA tahu bahkan penderitaanNYA bukan sembarang penderitaan, tidak seperti manusia menderita dan kegentaran pun ada padaNYA.
Bisa saja Yesus tidak menderita dengan jalan melarikan diri/menyembunyikan diri. Tetapi Via Dolorosa (Jalan kesengsaraan) harus terjadi, inilah tugas tanggung jawab Yesus.
Bahkan dalam Markus 14 : 48 ketika serdadu Romawi datang mau menangkap. Yesus berkata : Sangkamu aku ini penyamun? Tiap-tiap hari aku mengajar di Bait Allah. Yesus takkan melarikan diri dari tanggung jawab pelayanan panggilan dari Allah. Yesus dengan teguh hati memikul Salib, minum anggur asam. Yesus memenuhi semua yang menjadi tanggung jawab. Dengan ketulusan meski teramat sakit.
Ketika disalib, anggur asam ditambah dengan mur diberikan serdadu Romawi kepadaNYA untuk mengurangi rasa sakit. Serdadu Romawi tidak menyangka penderitaan Yesus sehebat itu, agar mengurangi rasa sakit tetapi Yesus tidak mau. Yesus menjalani semua meski menyakitkan secara alami IA alami.
Sebagaimana Yesus diperhadapkan dalam penderitaan. Gereja diperhadapkan juga dengan penderitaan, tantangan. Umat senantiasa harus tetap melayani meski menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan.
Kita senantiasa diajar oleh Yesus untuk setia, tidak menjual kesetiaan itu tetapi dengan keseungguhan mau melayani dan menderita. Tidak menyangkal diri demi kenayamanan pribadi/rasa aman.
Di Jumat Agung dan dilanjutkan dengan Paskah arti pengorbanan Yesus, hidup, nyawanya diberikan agar keselamatan dan penebusan terjadi bagi umat manusia.
Kita dipertanyakan relakah kita menjalaninya? Dengan tulus, setia dan senang hati mau turut menderita berjuang bagi sesama?
Dan melalui perayaan Jumat Agung dan Paskah mengingatkan diri kita untuk bekerja, berkarya memberikan yang terbaik dalam kesetiaan untuk memberikan yang terbaik bagi sesama bahkan dunia. Selamat mengingatrayakan Jumat Agung dan Paskah yang memberikan kebebasan bagi kita semua! (/js)
Penulis adalah Sekretaris II PHMJ GPIB TUGU