Home > Berita dan Kegiatan > WKPUB Jakarta Timur Menggelar Acara Syukur Tahun 2017
Berita dan Kegiatan

WKPUB Jakarta Timur Menggelar Acara Syukur Tahun 2017

(FKUB-Jakarta) Minggu, (14/1/2017), Wadah Komunikasi dan Pelayanan Umat Beragama (WKPUB) Wilayah Jakarta Timur menyelenggarakan acara Syukur Tahun 2017 dengan tema “Membangun Dan Mewujudkan Persaudaraan Sejati Dalam Kebhinekaan Melalui Pelayanan”  bertempat di Gereja Pasundan Cawang -Jakarta Timur.

Kegiatan yang selalu diadakan setiap tahunnya dalam rangka menyambut dan mensyukuri pergantian tahun, dihadiri oleh 150 orang undangan.

Hadir pada hari itu perwakilan dari majelis-majelis agama, baik dari Islam, Kristen Protestan, Buddha, Hindu dan Khonghucu. Disamping dihadiri pula oleh Lurah setempat serta dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi DKI Jakarta, yang diwakili oleh KH. Ahmad Astamar, dan tamu-tamu undangan lainnya.

Dalam kesempatan itu, para tokoh agama dari masing-masing majelis agama diberi kesempatan untuk memberikan sambutan.

Pertama, tokoh dari kalangan muslim sekaligus anggota MUI Jakarta Timur, KH. Yus Fadilah, memberikan sambutannya. Ia mengatakan, “kebhinekaan dan pelayanan itu adalah bagian dari kehendak Tuhan”.

Menurutnya, “apa yang dilaksanakan pada acara hari ini adalah bentuk lain dari kita sedang melakukan upaya untuk agar Tuhan mencintai kita.”Ia pun menambahkan, “kebninekaan itu adalah merupakan kun fa yakun nya Allah SWT”.

“Karena sudah merupakan kun fa yakun nya Tuhan,maka seharusnya kita sebagai komponen bangsa menjalin kebhinekaan tersebut. Dan bagi yang tidak suka dengan kebhinekaan jangan tinggal di sini, tapi di planet lain”, tegasnya.

Oleh karena itu, iapun meminta, kepada WKPUB untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan seperti ini. Bahwa apa yang kita lakukan ini berupa membangun kebhinekaan, melakukan berbagai bentuk kepedulian social adalah bagian dari kemauan Tuhan. Kalua kita sudah melakukan kemauan Tuhan maka saya bisa pastikan bahwa Tuhan akan melindungi dari setiap langkah yang kita lakukan”.

Sementara itu, perwakilan dari umat Kristen Protestan sekaligus tokoh dari PGI DKI Jakarta, Pdt. Manuel Raintung menyampaikan apresiasinya kepada ormas WKPUB Jakarta Timur yang telah menggagas acara Syukur Tahun Baru 2017 dengan konteks kebhinekaan iman antar umat beragama. Dan ia meminta bahwa acara semacam ini tidak boleh hanya sekali-sekali saja dilakukan tetapi harus sering dilakukan sebagai upaya untuk merawat kebhinekaan.

 

“Kebhinekaan itu adalah Indonesia, karena hanya negara Indonesia yang memiliki keragaman yang terus menerus dipelihara dan dirawat sebagai sebuah kekuatan, bahkan kekayaan”.

Mungkin, bagi negara lain keragaman ini menjadi kelemahan atau tidak kuatnya suatu golongan.” Dan sebagai orang pertama di PGI, Pendeta yang berasal dari Manado ini menyerukan kepada kaum Kristiani khususnya untuk selalu mendukung dan menyokong bahkan meluaskan setiap gagasan atau ide terkait tentang kebhinekaan, imbuhnya.

“Apa yang sudah dilakukan oleh WKPUB Jakarta Timur ini bisa merambah ke daerah-daerah lain di Jakarta. Oleh karena itu kami berikan apresiasi bagi saudara yang di Jakarta Timur dan berharap akan terwujud suatu kehidupan yang sungguh-sungguh mencintai keadilan dan kedamaian bersama”, demikian harapannya.

“Hendaknya kita harus menularkan lebih banyak lagi usaha-usaha, aktivitas dan gerakan-gerakan kerukunan bina damai dan kebhinekaan. Kami menyampaikan selamat berkarya dan terus berjuang bagi WKPUB Jakarta Timur dan semoga kita dapat melakukan banyak karya baik dan karya damai di tahun 2017 ini. Mengingat tahun 2017 ini merupakan tahun yang cukup banyak tantangannya sehubungan dengan PILKADA DKI Jakarta.Dan kita kita tidak melihat berbagai perbedaan, yang kita cari yang kita dekatkan adalah bagaimana kita bisa mengerti akan keadaan kita bersama di DKI Jakarta. Kita berdoa semoga  DKI Jakarta akan menjadi Jakarta yang aman dan damai”, ungkapnya dalam menutup sambutannya.

Dalam sambutan lainnya, perwakilan dari umat Buddha (WALUBI) DKI Jakarta, Pdt. Liem Wirawidjaya mengucapkan terimakasihnya kepada WKPUB yang telah mengundangnya. Iapun kemudian berharap,“sebaiknya wadah seperti WKPUB harus lebih meluas lagi di komunitas-komunitas umat beragama lain. Sehingga, bisa dijadikan ajang untuk wadah berkumpul dimana bisa saling terjalin keakraban dalam berkenalan dan berkomunikasi”.

Ditambahkannya, “sasaran dari ini semua adalah terciptanya suasana yang sejuk seperti hawa di pagi hari ini. Terjalinnya kerukunan di kota DKI Jakarta ini. Lebih dari itu kita dapat berkarya berbuat sesuatu, misalnya untuk pelayanan terhadap masyarakat sehingga dapat membangun DKI Jakarta lebih baik lagi”.

Sedangkan perwakilan dari majelis umat Hindu, Nengah Dharma mengharapkan,“di tahun 2017 ini senantiasa damai dan bahagia bisa dirasakan, khususnya untuk WKPUB. Mudah-mudahan kegiatan seperti Syukur Tahun Baru ini bisa lebih meluas bukan saja hanya di Jakarta Timur”.

Nengah Dharma menjelaskan,“umat Hindu memiliki ajaran yang bernama Tripitakarana (tiga hubungan yang baik). Pertama hubungan baik dengan Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Manakala bisa menjalin hubungan yang baik  dengan Tuhan maka hubungan dengan manusia seperti acara sekarang ini akan berjalan lebih lanjut”.

“Bahwa dalam konsep Tri Hita Karana ini kami yakini betul bahwa hubungan dengan Tuhan tidak bisa diabaikan begitu saja. Begitu juga hubungan sesama manusia tidak bisa diabaikan juga. Dan hubungan dengan alam harus betul dipelihara jangan sampai tumbuh-tumbuhan itu tidak ada. Manakala satu pohon saja tidak ada atau meredup, dimana daunnya sudah mulai menguning, hal ini harus dirawat. Artinya itu merupakan tanda-tanda alam yang harus bisa dibenahi dan dibina  agarsupaya usia alam ini terus lestari”, tambahnya.

Lebih lanjut Nengah Dharma memaparkan, “selain yang sudah disebutkan di agama Hindu ada ajaran yang namanya Wasudhaiwa Kutumbakam, dimana di dalamnya berisi ajaran bahwa persaudaraan itu harus terus dijaga tanpa memandang etnis, suku dan kasta. Bahwa persaudaraan itu harus dirawat dengan penuh kasih sayang”.

Tentang perihal kebhinekaan, Nengah Dharma menerangkan, “sesungguhnya dengan dua konsep itu merupakan cara bagaimana merawat kebhinekaan. Dua konsep ini harus terjalin dengan konsep kebhinekaan yang memang  di Pancasila selalu ada. Jadi hal ini tidak bisa diabaikan. Kalimat Bhineka Tunggal Ika sengaja dicantumkan di bawah kaki burung Garuda, bila Pancasila itu kemudian hilang maka habis Indonesia.”

Oleh karena itu, dipenutup sambutannya ia menyerukan, “mari dirawat kebhinekaan ini secara bersama-sama. Bila ada yang mengganggu pluralisme mari bersama-sama untuk saling mengingatkan diantara kita. Karena yang namanya manusia suka ada lupanya”.

Sebagai penutup sambutan, berbicara dari majelis MATAKIN DKI Jakarta, ibu Liliany Lontoh. Ia pun mengucapkan terima kasihnya atas undangan yang telah diberikan. Disamping itu, ia sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan WKPUB, yaitu membentuk suatu wadah bersama untuk saling mempererat persaudaraan antar umat beragama.

Dalam ajaran Khonghucu ibu Liliany menerangkan, “2500 tahun yang lalu nabi Kung che sudah menyuarakan persaudaraan. Di empat penjuru lautan kita ini bersaudara. Maka karena kita bersaudara, tentu kita tidak memandang suku, ras dan agama. Bahwa kita itu sama dari satu Tuhan, kembalinya juga sama kesana.”

Ditambahkannya, “bahwa kita ini hidup di bumi yang sama. Oleh karena itu, sebaiknya kita saling merawat kebhinekaan. Perbedaan harus kita jadikan satu kekuatan. Kita harus saling bekerja sama di dalam kegiatan-kegiatan seperti bakti social ataupun kedukaan.”

“Kami sebagai umat Khonghucu siap bersama-sama untuk bekerja membangun DKI Jakarta lebih baik lagi”, tegasnya.

Disela-sela acara syukuran tahunan tersebut, disisipi pula acara hiburan. Pertama-tama, tampil vocal group golgota dari FKP Eiben Haizar menyanyikan dua tembang lagu yang sangat apik dan harmonis. Selanjutnya, tampil pula sekumpulan anak-anak remaja yang membawakan tarian daerah. Sebagai hiburan pamungkasnya tampil group baronsai yang sangat aktraktif.  Dan acara Syukur Tahun 2017 ini diakhiri dengan pemanjatan do’a bersama-sama.(fkub/imsal/budi)